BeritaJombang.net — Sabtu (14/6/2025), Pendopo Kabupaten Jombang kembali menjadi saksi hidup semangat kebersamaan dalam acara bulanan bertajuk "Pendopo Milik Rakyat, Abah untuk Semua". Bukan sekadar bangunan bersejarah, pendopo menjelma menjadi ruang publik yang bernyawa—menghidupkan budaya, membuka pintu silaturahmi, dan menegaskan bahwa pemerintahan hadir untuk rakyat.
Sejak pagi, halaman pendopo berubah menjadi taman ekspresi. Suara gamelan dari grup karawitan SMPN 2 Megaluh membuka suasana dengan syahdu. Disusul tari Remo Boletan yang dibawakan anak-anak SDN 2 Karangpakis, Kabuh, menghidupkan kembali kekayaan budaya lokal yang mulai jarang terlihat di ruang publik.
Acara ini bukan hanya panggung hiburan. Lebih dari 100 siswa dari berbagai SD—termasuk dari Ngoro, Kayangan, dan Bedahlawak—ikut berpartisipasi. Ibu-ibu Muslimat dari Dusun Babadan, perwakilan Satpol PP, hingga para pejabat semua larut dalam suasana guyub, tanpa sekat protokoler. Gerak, tawa, dan canda mengalir bebas di antara mereka.
Salah satu segmen menarik adalah Pendopo Tour, di mana peserta diajak menjelajahi bagian-bagian penting pendopo. Mereka diajak memahami bahwa gedung ini bukan hanya pusat administrasi, melainkan juga simbol sejarah dan kebudayaan Kabupaten Jombang.
Plh. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang, Wor Windari, juga menghadirkan tayangan edukatif mengenai tokoh inspiratif, kesenian lokal, dan situs budaya yang terlupakan. “Acara ini bukan sekadar silaturahmi, tetapi juga ruang belajar tentang jati diri. Anak-anak harus dikenalkan budaya daerah sejak dini agar tumbuh rasa cinta dan bangga,” ungkapnya.
Sentral dari seluruh kegiatan ini adalah sosok Bupati Jombang, H. Warsubi—akrab disapa Abah Warsubi. Dengan gaya kepemimpinan yang membumi, ia hadir langsung di tengah rakyat. Tanpa podium tinggi, tanpa pembatas. Ia berjabat tangan, berfoto, mendengar, dan menyatu.
“Saya ingin memastikan bahwa pendopo ini benar-benar milik rakyat,” tutur Abah Warsubi. “Bukan hanya gedung megah, tapi tempat di mana masyarakat merasa diterima, dihargai, dan diberdayakan.”
Bagi Abah Warsubi, membangun Jombang tidak cukup hanya dengan infrastruktur. Lebih penting adalah membangun rasa memiliki dan karakter warga terhadap budayanya. “Inilah wajah Jombang yang ingin kita bangun,” tambahnya.
Dan pagi itu membuktikan, pembangunan tak melulu soal jalan atau jembatan. Tapi juga tentang ruang yang menyatukan hati, mempertemukan generasi, dan menumbuhkan kecintaan pada akar budaya. Ruang itu bernama Pendopo. Ruang itu kini benar-benar untuk rakyat.