Yusuf menunjukan cara menjahit gaun pengantin. (rahmat/bejo.net) |
beritajombang.net, PETERONGAN - "Pengalaman
adalah sekolah unggulan; tapi biayanya mahal." Ungkapan Heinrich Heine itu layaknya sudah mewakili perjalanan hidup Muhammad
Yusuf Muzaqi. Entrepreneur atau
wirausahawan muda asli Jombang ini sudah berhasil mengembangkan usaha di bidang
faishon atau mode. Ia mampu menembus
pasar di luar Jawa Timur.
Yusuf,
panggilan akrabnya, menceritakan awal usahanya bukanlah sebuah perjalananan
mudah. Ia harus datang dan pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk
menawarkan kreasinya. Sebuah penolakan dengan nada kasar pun baginya sudah
seperti makanan keseharian. Masih banyak yang beranggapan kalau berjualan
busana tidaklah harus datang dari rumah ke rumah. Melainkan harus memiliki
sebuah gerai atau butik sendiri, terlebih yang ditawarkan termasuk busana
pesta.
“Masih
saya ingat ketika ada yang mengatakan cara saya menjajakan busana hasil kreasi
sendiri ini ibarat berjualan kacang goreng,” ungkap Muhammad Yusuf Muzaqi, di
beranda rumahnya sekaligus menjadi tempat usaha.
Menyelesaikan pesanan gaun pengantin. (rahmat/bejo.net) |
Pengalaman
menjadikan Muhammad Yusuf Musaqi semakin tertantang menggeluti usahanya. Padahal
sebelum memfokuskan diri di dunia mode, segala macam usaha telah ia rintis saat
menjadi mahasiswa. Dari berjualan buah, kripik buah, yogurt, hingga berternak kambing. Meskipun semua tidak berjalan
mulus seperti harapan dan terpaan kerugian membuatnya semakin yakin berwirausaha.
Bergelut
di dunia busana bagi lelaki bertubuh tinggi besar ini bukanlah sesuatu yang
asing. Ibunya adalah penjahit rumahan sehingga sedikit banyak mengenalkannya
pada usaha yang segmen konsumennya adalah kaum perempuan. Setelah menyudahi
pendidikannya sebagai Sarjana Perternakan di Kota Apel, Malang. Ia memutuskan
kembali ke Jombang dan berusaha memopulerkan usahanya tersebut. Mulai membangun
jaringan dan membentuk website penunjang
seluruh hasil kreatifitasnya.
Buah Manis
Kerja
kerasnya pun mulai menuai hasil manis. Kini pesanan laiknya anak sungai yang
terus mengalir. Setiap bulan, ia mampu menjual lima belas busana pengantin
hasil kreasinya, baik secara online atau
datang langsung di tempat usahanya di Desa Keplaksari, Kecamatan Peterongan.
Omsetnya sudah mencai Rp 30 juta per bulan. Kini ia mampu memperkerjakan 40
orang untuk menjalankan usahanya.
“Kalau
finishing harus saya sendiri karena
kalau diselesaikan pegawai saya, takut hasilnya akan beda,” ujar Muhammad Yusuf
Muzaqi.
Keungulan
busana pengantin buatan Muhammad Yusuf Muzaqi adalah selalu mengikuti trend model busana pengantin. Ia pun
mengakui jika selalu update model
terbaru baik dari majalah fashion atau
internet. Selain itu, tatanan manik-manik yang memenuhi seluruh rangkaian
busana pengantin didesain begitu menarik dan rapi. Bahkan banyak yang mengakui
kalau selama ini busana pengantinya cukup tahan lama.
Segi pelayanan pun menjadi
perhatiannya. Menurutnya pembeli seperti apapun permintaannya harus dilayani
secara baik. Termasuk memberikan jaminan jika terdapat kerusakan dan ketidaksesuaian
seperti yang diharapkan maka bisa dikembalikan tanpa menganti atau menambah
ongkos membuat. Oleh karena itu, tidak mengherankan pelanggan yang banyak
mengenal dari mulut ke mulut banyak yang memesan kepada Yusuf Muzaqi.
“Banyak
diantara pemesan langsung memesan untuk pernikahanya lantaran telah tahu lebih
dulu dari teman yang memesan sebelumnya,” tandas Yusuf Muzaqi.
Ia pun akan terus mengembangkan usahanya
ini. (rahmat/bejo.net)